sairein
  Kami sekeluarga tinggal di rumah kecil yang terletak beberapa meter dari sungai Amplas. Rumah kami berderet rapi diantara rumah-rumah yang lain, berlantai satu dan penuh dengan "hutan" kecil, begitulah saya menyebut daerah depan rumah, sebab disana justru terlihat seperti hutan daripada taman. Setiap orang yang datang ke rumah biasanya betah untuk berlama-lama, soalnya di "hutan" kami ada banyak pohon rindang sehingga udaranya sangat sejuk dan jika sedang mujur, ada jambu dan sauh yang siap dimakan.
     Dilingkungan kami, hanya ada sedikit orang yang bisa menempuh tinggi dan sering ada pengaruh buruk dari lingkungan. Namun kami berusaha baik mungkin untuk tidak terpengaruh kepada pergaulan yang buruk.

     Keluarga kami sangat sederhana dan orangtua saya menuntut agar semua anak-anaknya dapat sekolah setinggi-tingginya selagi ada kesempatan agar tidak menyesal di kehidupan nanti.
     Kami adalah keluarga Tondang, begitulah kami dipanggil. Bapak di kenal sebagai Ketua STM Martua dan sebagai Ketua STM diharapkan anaknya menjaga sikap dan memberikan ciri yang baik bagi lingkungan sekitar. Tanggung jawab seperti itu haruslah dijaga sebaik-baiknya. 
     Kami sekeluarga terdiri dari enam orang yang terdiri dari Bapak, Mama, Saya, Adik laki-laki, adik perempuan dan adik laki-laki bungsu yang masing-masing sedang menempuh pendidikannya dengan pedoman yang sesuai dengan orang tua.
    Bapak saya sekarang berusia sekitar lima puluh tahunan dan bekerja sebagai pedagang keliling yang mengantarkan pesanan dari satu tempat ke tempat lain. Kadang-kadang jika kami sedang berkumpul bersama keluarga, dia sering berkata kalau kulitnya sangat "mulus" sebab tidak ada keluhan apapun mengenai wajahnya--tidak seperti adikku yang sering mengeluhkan wajahnya yang jerawatan. Mereka malah sering adu pendapat jika mengenai itu. Bapak awalnya berkeinginan menjadi seorang polisi, hanya saja saat itu Bapak tidak memiliki dana dan pendidikan yang cukup karena itu dia menginginkan kami menempuh pendidikan tinggi agar tidak merasakan hal yang dia rasakan.
    Mama lain lagi, adalah seorang guru Biologi di salah satu SMP. Dia punya pengalaman tentang pendidikan. Dulu setelah tamat SD dia sempat menganggur selama tiga tahun dan sering mengintip di bawah celah-celah rumah untuk melihat teman-temannya yang sekolah. Akhirnya dengan keinginannya yang luar biasa, Mama memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke Medan. Walaupun teman-temannya tidak seusianya, Mama tetap berusaha sekolah. Kerja kerasnya membuatku terpacu agar lebih giat belajar.
Medan, Dad and Mom
Dan sekarang, saya akan memperkenalkan anak-anaknya.
Me
Pertama adalah saya sendiri, Yenny, putri sulung yang pendiam--begitu mereka menyebutku. Saya tidak terlalu banyak bicara dan lebih suka menyendiri dan melakukan segala sesuatu sendiri yang lebih berguna untuk saya. Hobi saya menulis, sudah ada beberapa cerita fiksi yang dibuat, tapi saat ini belum diterbitkan. Mungkin jika ada waktu akan saya coba. Ketika SD, saya bercita-cita menjadi Dokter, lalu akhir SMP cita-cita saya berubah menjadi Pangacara, kemudian saat akhir SMA, cita-cita saya berubah lagi menjadi seorang Arsitek. 
Pada saat itu kebingungan melanda saya, sebenarnya saya itu ingin jadi apa sih. Lalu saya berkenalan dengan yang namanya komputer dan terhipnotis dengannya. Jujur saja, saya sudah mengenal dunia internet sejak kelas 5 SD. Waktu itu saya diajak menemani sepupu chatting dan saya penasaran dengan cara kerjanya. Saya lebih tertarik tentang cara kerjanya daripada mainnya. Bagaimana bisa begini, begitu, apa ini dan apa itu. Karena itu pada saat akhir SMA, saya menentukan dua pilihan jurusan Komputer atau Aristektur.
Us
     Sebelum pengumunan UAS, saya sudah ikut ujian TELKOM, mengambil jurusan S1 Teknik Komputer, kemudian mengambil ujian UMB dengan dua pilihan: Arsitektur dan Teknik Perangkat Lunak. Namun, setelah ujian ada dilema karena pengumam UAS belum keluar. Semalam sebelum pengumuman UAS keluar saya berdoa--sebaiknya Anda jangan meniru--buyinya: "Tuhan, bagiku tidak masalah tidak lulus UMB asalkan saya lulus UAS." dan keinginan saya terkabul. Saya tidak lulus UMB dan lulus UAS. Sedikit kecewa sebenarnya, tapi itu adalah permintaan saya sendiri tapi saya tidak perlu menyesal.
Hutan Hite Tano, Jeffri
    Namun ada kabar lain, saya lulus di TELKOM Bandung, hanya saja orang tua saya tidak mengijinkan saya untuk terbang kesana. Mereka bilang tidak sanggup membiayai besarnya tanggungan hidup disana. Kami sempat bertengkar hebat dan saya memaklumi hal tersebut. Well, mereka adalah orang tua saya dan saya menghormati keputusan mereka. Kemudian saya ikut ujian SNMPTN lagi dengan pilihan Teknik Perangkat Lunak USU dan Pendidikan Matematika UNIMED, pilihan ini untuk menghormati orang tua saya yang menginginkan saya menjadi seorang Guru. Tentu saja, saya berdoa lagi. Dan kali ini doa yang sedikit ngaco. Saya bilang pada Tuhan kalau saya berterima kasih atas kelulusan di TELKOM dan meminta maaf atas penyianyiaan kelulusan itu padahal masih banyak orang yang menginginkan untuk masuk kesana tapi saya menginginkan agar saya dapat masuk ke USU karena itu adalah keinginan saya. Orang tua saya tidak keberatan jika saya tidak masuk PTN dan boleh melanjut ke tempat lain. Namun, saya bertekad kalau saya bisa. Akhirnya, untuk pertama kalinya keputusan yang saya buat sendiri membuahkan hasil. Saya diterima di Teknik Informatika dan merupakan kebanggaan bagi saya untuk bisa belajar disana. Saya akan berusaha.
Hite Tano, Kristin

  Putra Sulung adalah Jeffri Syaputra. Saat ini dia mahasiswa D3 Teknik Informatika AMIK MBP. Bapak saya sering dibuat jengkel oleh adik saya yang satu ini soalnya anaknya keras kepala. Dia lebih suka utak-atik peralatan elektronik dan kadang sering membantu dalam mengurus masalah listrik. Dia awalnya bercita-cita menjadi seorang ABRI tapi Bapak bilang lebih baik dia meneruskan kuliah dulu.

 Lalu satu-satunya adik perempuan, Kristin Natalia. Yang satu ini bertolak belakang denganku. Jika aku pendiam maka dia sangat cerewet. Sama seperti diriku, dia menyukai belajar. Saat ini dia kelas XII IPA SMA Negeri 14 Medan. Akhir-akhir ini dia lebih sering menghabiskan waktunya diluar dan memelototi bukunya. Dia bercita-cita bisa melanjutkan kuliah di STIE ITB tapi baginya juga tidak masalah jika bisa di Medan. Apalagi Bapak mengizinkannnya jika dia bisa mengambil FK USU. Saat ini dia sedang berusaha. Apapun keputusannya, kurasa saya akan mendukungnya. Tidak ada alasan bagi saya untuk tidak mengakui kegigihannya dalam belajar.
Hite Tano, Maykel

 Kemudian yang paling bungsu adalah Maykel Budianto, salah satu pelajar di SMP Negeri 3 Medan. Saat ini dia kelas VII. Tidak banyak yang bisa diceritakan tentang dirinya. Tapi ada satu hal yang kami mengerti. Dia sedang menginjak masa remaja dan keingintahuan serta pencarian jati dirinya masih sedikit lemah karena itu kami harus mendidiknya dengan baik agar dia tidak salah jalan.